anything, but economics

Again, Relocation..... A friend of mine suggested me to spread my blog. Considering the article I uploaded still not too many to be shared, it is little bit useless to do so. But, I start to realize that it was too messy to throw all of my garbage into one trash. So, here another weblog of mine, anything is welcome but economics (i hear you're laughing). Also, I keep my Friendster Blog runs. It will be the sewage of my poetry and....oh, gosh, please stop laughing :)

Saturday, February 25, 2006

European Trip (2): Paris, The City of Light

"Maaf semalem udah tidur. Masih jalan2? Emang di Paris bisa yah pakai jilbab? Insya Allah tanggal 4 besok gue ke Padang"
Sent:06:09:48
31-01-2006
-
Sebuah sandek di inbox saya. Jam 6 lebih, pagi, waktu Indonesia, jam 12 lebih, malam, waktu Paris. Saya baru saja datang, mengobrol basa basi dengan host saya dan siap - siap untuk jamak takhir Maghrib-Isya. Tapi menerima dan menjawab sms dari dia tidak pernah memberatkan buat saya...
Kembali ke sandek-nya. Hmh.. sebuah pertanyaan menarik. Saya masih punya waktu 3 hari sebelum pulang. Ada baiknya untuk melakukan sedikit penelelitian.
Saya merencanakan pergi ke beberapa tempat untuk besoknya: Kastil Versailles yang letaknya agak jauh di barat Paris, Stadion Les Parc Des Princes di daerah Porte de Auteuil, daerah Juisseu, Pekuburan di Pere Lachaise, serta Basilica Saint Dennis di utara Paris. Daerah Juisseu tidak saya rencanakan sebelumnya. Frederich, host saya, bilang bahwa ada institut arab di sana, juga ada masjid paling tua di Paris. Tempatnya mengasyikkan, begitu dia bilang. "I'll put them on my list then. Merci, Fred", pendek saja saya menimpali, sambil mikir, wah tempat yang tepat tuh buat penelitian. Hari itu lelah bukan main saya. Apalagi setelah ada insiden buruk di daerah Pigalle.
-
Esoknya perjalanan dimulai. Berkeliling Paris dari ujung ke ujung bukanlah hal yang susah. Ada 14 jalur kereta dalam kota, dan 4 jalur luar kota. Dibanding Oslo, Berlin, apalagi Milano atau Turin, public transportation Paris memang paling baik. Belum ditambah bus yang jumlahnya sangat banyak. Setelah berkeliling Versailles dan Stadion Parc Des Princes, saya menuju Juisseu. Maksudnya biar bisa dapat shalat berjamaah di sana. Entah itu dhuhur atau ashar. Begitu keluar dari stasiun bawah tanah, saya melihat akhwat pakai long-coat panjang hitam hitam keluar dari kedai kebab. Wah, halal nih pikir saya (kebabnya, bukan akhwatnya :p). Saya masuk ke dalam, "le quatrièmes packet et le cola coca s'il vous plaît", bahasa perancis dadakan, Kira kira artinya paket 4 ditambah coca cola. Sebuah kebab panjang isi ayam ditambah coca cola diantarkan. Lumayan...
-
Selesainya saya jalan berkeliling. Juisseu cukup ramai. Di dekat stasiun ada universitas besar Marie Curie, perempuan ahli kimia dengan dua nobel, serta agak jauh di ujung yang lain, ada petunjuk jalan menuju Bastille. Di sepanjang jalan saya banyak menemukan kedai makanan dengan label halal. Beberapa di antaranya malah ditulis dengan huruf Arab. Satu dua toko buku dengan papan besar bertuliskan Arab juga saya temui. Salah satunya bernama toko buku Avicena. Beberapa buku yang dipajang mengingatkan saya ke dagangan buku Masjid UI. Terutama ketika novel novel Islam dengan gambar perempuan berjilbab ada di sampulnya. Apa ini yang bikin Mbak Helvy juga ya? hehehe....
-
Sedikit memutar, saya akhirnya temukan gedung besar dengan banner bertulis Institute Arab du Monde. Besar sekali gedungnya. Berukuran kira - kira 4-6 kali gedung A-nya FEUI, tinggi, halaman parkir luar dan bawah tanah yang lega. Gedungnya juga keren, perpaduan arsitektur Islam dan model futuristik gitu (the hell deh, saya gak terlalu tau arsitektur). Di halaman samping, banyak anak-anak Perancis sedang belajar main skate board. Beberapa orang tampak keluar masuk, tidak nampak kesan "Islam" mereka, apalagi cewek yang pakai baju ketat dengan perut yang terbuka. Tapi mereka masuk saja dengan antusiasnya. Saya ikut. Sampai ke dalam, pengamanannya ketat sekali. Ada metal detector seperti di bandara, barang bawaan diperiksa lewat roda x ray. Ah, saya jadi ingat waktu minta sumbangan PDAI ke Pak Prijono waktu beliau masih Sekwapres. Persis Istana Wapres pengamanannya. Sayang sekali uang saya sudah tiris. Walaupun ingin, tidak bisa saya menyaksikan pertunjukannya. Jadilah saya hanya mengitari gedung tersebut. Di lantai 2, barisan anak - anak, keliatannya sedang studi banding, sedang diperiksa oleh Pak Satpam. Dasar orang Perancis, satpamnya lebih keren dari anggota DPR. Jas necis, dasi, dan sepatu mengkilat. Di lantai satu, ada toko buku lumayan besar. Sebenarnya mau beli beberapa, tapi kendala bahasa dan kendala anggaran membuat saya hanya bisa mengambil foto toko bukunya. Tengokan ke kanan, saya menemukan semacam cafe, yang lagi membuat saya bergumam "Dasar Perancis (lagi), keren banget. Yang makan juga keren-keren, minimal bergaya flamboyan gitu. Puas berkeliling, saya keluar gedung utamanya. Tepat di depan pintu keluar, ada gedung bernama "La Medina" dengan beberapa sub judul "librairie, artisanat, cafe abou nawas". Ambil foto, saya berjalan di pintu keluar. Wah, ada akhwat bule lagi. Saya berucap salam, dan mencoba mengkorek korek dikit. Memperkenalkan sebagai "a journalist from Indonesia, and want to write something about Islam in Europe", maka mengalirlah cerita: Mereka dari Belgia, dan Institute Arab du Monde ini memang terkenal, jadilah mereka ingin berkunjung. Sebagai bukti kalau saya sudah wawancara *klik, inilah fotonya... Apa?Gak jelas? Lha iyalah...jaga hijab doong, hehehe...
-
Waktu Ashar sudah di dekat, saya mempercepat perjalanan saya. Berjalan di sepanjang Jardin des Plantes dan Galeries de Paleontologie & d'Anatomie Comparee, akhirnya saya sampai di tujuan, masjid yang katanya paling tua di Paris. For sure, saya temukan banyak wanita - wanita berjilbab yang, sayangnya, wajahnya wajah Turki, jelas bukan pribumi. Dalam masjidnya agak-agak berantakan. Renovasi sedang dilakukan dan beberapa bagian dari masjid memang difungsikan sebagai museum. Sesekali nampak beberapa orang hilir mudik layaknya orang berkunjung ke museum dipandu oleh guide. Saya sampai ba'da adzan ashar. Setelah mengambil wudlu, tahiyatul masjid, saya bergabung ke jamaah yang hebatnya ada beberapa shaff. Selesai shalat ada acara tadarus-an dan semak'an (kata orang NU, baca Qur'an dan saling menyimak), saya sempatkan sebentar mendengar, berkeliling dalam masjid, mengambil foto dan melanjutkan perjalanan lagi.
-
All in all, Paris memang City of Light, setidaknya disana saya temukan kelap kelip cahaya Islam. Jadi buat yang berjilbab dan mau melanjutkan studi Perancis, atau hendak berlibur ke Perancis, atau apapun lainnya, setidaknya tulisan pendek ini bisa dijadikan rujukan. Buon Voyage...
-
*buat yang kirim sms, thanks buat inspirasinya*

1 Comments:

Blogger Rajawali Muda said...

salut,
comment ca va?
thanks for the tour guide bro..
doain gue sempet kesana ya
mudah mudahan bisa ksampaian..
ada akhwat2 juga kan..gue yakin lah asal ada akhwat situ bisa survive, modal english lo yang yahud tambah senyum manis, pake salam ala kaum sarungan..hahaha...
btw siapa tuh yang ke padang..assuming u're considering to enter Muhamadiyah area,give me some clue for this woman will you?
hehehe..sampai ketemu juni bro, bawa oleh2..rentrera bien...
btw c'est bon voyage, jamais boun voyage..

7:54 AM  

Post a Comment

<< Home