anything, but economics

Again, Relocation..... A friend of mine suggested me to spread my blog. Considering the article I uploaded still not too many to be shared, it is little bit useless to do so. But, I start to realize that it was too messy to throw all of my garbage into one trash. So, here another weblog of mine, anything is welcome but economics (i hear you're laughing). Also, I keep my Friendster Blog runs. It will be the sewage of my poetry and....oh, gosh, please stop laughing :)

Saturday, January 21, 2006

European Trip (1): A Journey as It Happens

"A stranger is a friend you havent met". Ungkapan ini sangat saya rasakan maknanya dalam sebuah perjalanan ke Italia belum lama ini.
-
Saya seorang Juventini, sebuah sebutan kepada para pendukung klub Juventus FC,Turin , sejak 11 tahun yang lalu kurang lebih. Ada suatu masa dimana setelah shalat 5 waktu, saya selipkan sedikit doa tentang kesuksesan tim ini. Tapi itu dulu. Sekarang saya tetap big fans dengan bentuk dukungan yang berbeda. Maka, ketika dipastikan dapat beasiswa ke Norway awal Agustus lalu, datang ke Torino dan mendukung Juve langsung di Stadio Delle Alpi telah saya agendakan dengan skala prioritas lumayan tinggi.
Dan... terjadilah. Saya dapat tiket murah. Dengan rute Oslo-Milano, Turin-London, London-Oslo, saya menghabiskan 1 malam di Milan, 3 hari 2 malam di Turin dan semalam di London, dengan biaya tiket total kurang lebih 0,0897 dari beasiswa saya sebulan. Tentu banyak hal menarik, banyak hal yang menginspirasi, banyak hal yang mengagumkan, tapi kali ini saya ingin menuliskan tentang.......
-
Orech. Begitu ID yang ditampilkan di window hospitalityclub.org-nya. Nama aslinya Olga, warga negara Rep. Ceska yang tinggal di Italia. Saya tidak pernah mengenal dia sebelumnya. Namun saya coba untuk mengirim personal message karena kesan-kesan tamu Olga tentang dirinya sangat menarik. Saya katakan kalau saya akan datang minggu depan, dan jika tidak berkeberatan, saya minta izin untuk bisa menginap di rumahnya selama 2 malam.
Berapa hari lewat message saya dibalas. "You are welcome", katanya. Dalam email-nya, dilampirkan peta lengkap dan sebuah jalur bus yang rinci, tentang bagaimana saya bisa mencapai flatnya dari Stadio Delle Alpi, berapa kali pemberhentian bus harus saya lewati dan berapa kali saya harus ganti bus. Saya sampaikan kegembiraan saya. "Looking forward to see you in Torino", balas saya.
-
Tanpa ada kesulitan berarti, sedikit masalah komunikasi karena Italian jarang yang bisa berbahasa Inggris, saya sampai di flat Olga dari Delle Alpi, selesai menyaksikan Juventus mengalahkan Ascoli 2-1. Di papan namanya tertulis nama Ovanakova-Orru. Ovanakova adalah nama keluarga Olga, sementara Orru adalah nama keluarga Corrado, mate Olga(teman hidup, tinggal bersama dan tidak/belum menikah).
-
"Second floor ", jawab Corrado ketika saya perkenalkan diri lewat interphone di gerbang flat. Gerbang dibuka, dan langsung saya menuju ke lantai 2. Di lantai 2, seorang lelaki sekitar 40 tahunan, agak botak, berkacamata dan tidak terlalu tinggi menyambut saya. "I am Corrado, please come, Olga is in the bathroom". Saya masuk. Sedikit basa basi, saya sampaikan buah tangan saya, gantungan kunci dan pembatas buku khas Jogja serta sebuah booklet tentang pariwisata Indonesia. Mereka sangat senang, dan langsung buah tangan saya di "pajang" di bufet mereka. Karena waktunya mepet, saya sampaikan kalau saya ingin menunaikan shalat Dhuhur-Ashar saya, dan mereka kelihatan repot. Dikeluarkan sebuah selimut mereka yang paling bagus. Dibakarkan sebuah aromaterapi (bener ya? ga tahu deh, pokoknya yang wangi2 gitu kalau dibakar). "Biar lebih khusuk sholat kamu", katanya. "Do you need some religious music?", Saya hanya tertawa, "Not necessary, Just an ordinary quiet situation". Saya sholat, mereka berdua masuk kamar. Then, it was 2 very nice days. They host me for free. Dan yang bikin terharu, mereka sangat menghargai agama saya. Malam itu kita makan bareng. Sebuah pasta+ikan khas italia. "It will be more tasty if we put white wine, but since you dont drink alcohol, it is free-wine pasta". "Grazie, era molto piacevole di lei" jawab saya, bahasa Itali pasar yang baru saya pelajari beberapa saat sebelum berangkat yang artinya kira2, makasih, kamu baik sekali, hihihiihih.....
-
Sebagai orang Jawa yang baik, saya bantu mereka masak, saya bantu cuci piring, dan kalau bangun tidur saya sudah rapikan flat mereka. Olga sangat senang sekali. Kata Olga, cowok Itali sangat feodal sekali. Mereka mengharap pasangannya lah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Saya bilang, "Wah di Indonesia ga gitu, kita sama2 ngerjain pekerjaan rumah kok". Boong banget, tapi dalam hati, berarti cewek italia bisa masuk dalam itungan calon isteri, mereka kan melayani sekali. hehehehehe...(for all Italian and Indonesian women, very sorry, no offense). Keesokan harinya saya diturunkan di Piazza Solferino, pusat kota Torino sementara mereka berdua bekerja. Sorenya, saya dijemput lagi di tempat yang sama, dan saya diajak belanja. Mereka ingin bikin masakan buat spesial buat saya. Dan karena saya tidak makan babi, kita pergi belanja daging sapi di pusat kota, dan tentu, ratusan macam keju Italia yang bikin saya sampai sekarang tergila gila keju.
-
Hari terakhir, saya katakan ke mereka kalau Qur'an saya ketinggalan di Sissi Station, depan toilet. Karena saya bilang "Holy Book (bener ga bahasa inggrisnya ya?)", mereka lagi-lagi panik. Mereka telpon ke Telkomnya Itali, tanya no telpon stasiun, ternyata stasiunnya tutup, mereka telpon PJKA-nya Italia, wah, dasar jawa, saya jadi ga enak, saya jadi sungkan. "It is OK, I can ask my family to send the new one. Thanks" Hari itu hari terakhir saya, dan mereka menjamu saya luar biasa. Kita ke restoran Pizza terkenal Cirro Ferrara, mampir ke Bar teman Corrado yang kebetulan juga seorang Juventini ("Hey dude, You so lucky, I bring Juventini from Indonesia", begitu kira2 Corrado bilang dalam bahasa Italia ke temannya), kita ngobrol banyak tentang Juve, dan akhirnya mereka mengantarkan sampai ke Stasiun dan Terminal Bus Porta Nuova, nyari bus yang akan membawa saya ke Bandara Turin sebelum bertolak ke London. "Thanks for coming" katanya.. Lho, bukannya saya yang harus bilang terima kasih ya?
-
Dalam perjalanan pulang saya banyak mikir... Corrado dan Olga bukan orang kaya. Flatnya kecil, hanya satu kamar dan satu kamar mandi. Saya aja tidur di sofanya. Mobilnya juga sebuah Alfa Romeo tua yang agak penyok di beberapa sisi. Olga cuma administratur di kantor kecil, sementara Corrado "wiraswasta". Menjamu saya, meskipun cuma dua hari bukan tidak mungkin memberatkan neraca pengeluaran mereka. Saya juga gak kenal mereka sebelumnya. Account saya di hospitalityclub.org bahkan tidak ada fotonya. Sementara tim sepakbola yang kita dukung sebenernya saling bermusuhan, pendukungnya saling membenci. Tapi mereka menjamu saya, dan yang terpenting, mereka menghormati agama saya.
-
***
-
Nun jauh 1400 tahun yang lalu, manusia agung itu bersabda: "Barang siapa yang beriman pada hari akhir hendaknya memuliakan tamu-nya". Di sana, di Turin, di sebuah kota yang tak satupun saya temukan masjid, saya temukan lagi indahnya Islam.
-
dedicated for my beloved Friends: Olga and Corrado.
-
(Posted on Friendster Blog on 30-10-2005)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home