European Trip (1): A Journey as It Happens

Saya seorang Juventini, sebuah sebutan kepada para pendukung klub Juventus FC,Turin , sejak 11 tahun yang lalu kurang lebih. Ada suatu masa dimana setelah shalat 5 waktu, saya selipkan sedikit doa tentang kesuksesan tim ini. Tapi itu dulu. Sekarang saya tetap big fans dengan bentuk dukungan yang berbeda. Maka, ketika dipastikan dapat beasiswa ke Norway awal Agustus lalu, datang ke Torino dan mendukung Juve langsung di Stadio Delle Alpi telah saya agendakan dengan skala prioritas lumayan tinggi.
Dan... terjadilah. Saya dapat tiket murah. Dengan rute Oslo-Milano, Turin-London, London-Oslo, saya menghabiskan 1 malam di Milan, 3 hari 2 malam di Turin dan semalam di London, dengan biaya tiket total kurang lebih 0,0897 dari beasiswa saya sebulan. Tentu banyak hal menarik, banyak hal yang menginspirasi, banyak hal yang mengagumkan, tapi kali ini saya ingin menuliskan tentang.......
Orech. Begitu ID yang ditampilkan di window hospitalityclub.org-nya. Nama aslinya Olga, warga negara Rep. Ceska yang tinggal di Italia. Saya tidak pernah mengenal dia sebelumnya. Namun saya coba untuk mengirim personal message karena kesan-kesan tamu Olga tentang dirinya sangat menarik. Saya katakan kalau saya akan datang minggu depan, dan jika tidak berkeberatan, saya minta izin untuk bisa menginap di rumahnya selama 2 malam.
Berapa hari lewat message saya dibalas. "You are welcome", katanya. Dalam email-nya, dilampirkan peta lengkap dan sebuah jalur bus yang rinci, tentang bagaimana saya bisa mencapai flatnya dari Stadio Delle Alpi, berapa kali pemberhentian bus harus saya lewati dan berapa kali saya harus ganti bus. Saya sampaikan kegembiraan saya. "Looking forward to see you in Torino", balas saya.
Tanpa ada kesulitan berarti, sedikit masalah komunikasi karena Italian jarang yang bisa berbahasa Inggris, saya sampai di flat Olga dari Delle Alpi, selesai menyaksikan Juventus mengalahkan Ascoli 2-1. Di papan namanya tertulis nama Ovanakova-Orru. Ovanakova adalah nama keluarga Olga, sementara Orru adalah nama keluarga Corrado, mate Olga(teman hidup, tinggal bersama dan tidak/belum menikah).
"Second floor ", jawab Corrado ketika saya perkenalkan diri lewat interphone di gerbang flat. Gerbang dibuka, dan langsung saya menuju ke lantai 2. Di lantai 2, seorang lelaki sekitar 40 tahunan, agak botak, berkacamata dan tidak terlalu tinggi menyambut saya. "I am Corrado, please come, Olga is in the bathroom". Saya masuk. Sedikit basa basi, saya sampaikan buah tangan saya, gantungan kunci dan pembatas buku khas Jogja serta sebuah booklet tentang pariwisata Indonesia. Mereka sangat senang, dan langsung buah tangan saya di "pajang" di bufet mereka. Karena waktunya mepet, saya sampaikan kalau saya ingin menunaikan shalat Dhuhur-Ashar saya, dan mereka kelihatan repot. Dikeluarkan sebuah selimut mereka yang paling bagus. Dibakarkan sebuah aromaterapi (bener ya? ga tahu deh, pokoknya yang wangi2 gitu kalau dibakar). "Biar lebih khusuk sholat kamu", katanya. "Do you need some religious music?", Saya hanya tertawa, "Not necessary, Just an ordinary quiet situation". Saya sholat, mereka berdua masuk kamar. Then, it was 2 very nice days. They host me for free. Dan yang bikin terharu, mereka sangat menghargai agama saya. Malam itu kita makan bareng. Sebuah pasta+ikan khas italia. "It will be more tasty if we put white wine, but since you dont drink alcohol, it is free-wine pasta". "Grazie, era molto piacevole di lei" jawab saya, bahasa Itali pasar yang baru saya pelajari beberapa saat sebelum berangkat yang artinya kira2, makasih, kamu baik sekali, hihihiihih.....
-
-
0 Comments:
Post a Comment
<< Home